DEFINISI PANTAI DAN GARIS PANTAI
1 DEFINISI PANTAI DAN
GARIS PANTAI
Daerah
daratan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan daratan
dimulai dari batas garis pasang tertinggi. Daerah lautan adalah daerah yang
terletak di atas dan di bawah permukaan laut di mulai dari sisi laut pada garis
surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang
pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
pantai. Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya
sesuai dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m dari titik pasang
tertinggi ke arah daratan.
Wilayah pantai adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat wilayah
pantai meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik laut seperti pasang surut, angin laut serta
perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pantai mencakup bagian laut
yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di daratan seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun kegiatan yang disebabkan oleh kegiatan
manusia di daratan seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Secara umum,
Sutikno (1993) menjelaskan bahwa pantai merupakan suatu daerah yang meluas dari
titik terendah air laut pada saat surut hingga ke arah daratan sampai mencapai
batas efektif dari gelombang. Sedangkan garis pantai adalah garis pertemuan
antara air laut dengan daratan yang kedudukannya berubah-ubah sesuai dengan
kedudukan pada saat pasang-surut, pengaruh gelombang dan arus laut.
|
Lingkungan pantai merupakan daerah yang
selalu mengalami perubahan. Perubahan lingkungan pantai dapat terjadi secara
lambat hingga cepat, tergantung pada imbang daya antara topografi, batuan dan
sifat-sifatnya dengan gelombang, pasut, dan angin. Perubahan garis pantai ditunjukkan
oleh perubahan kedudukannya, tidak saja ditentukan oleh suatu faktor tunggal
tapi oleh sejumlah faktor beserta interaksinya.
Gambar 4. Definisi dan
Batasan Pantai (Bambang Triatmodjo, Teknik Pantai 1999)
Pantai
selalu menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian rupa sehingga menghancurkan
energi gelombang yang datang. Penyesuaian tersebut merupakan tanggapan dinamis
pantai terhadap gerak gelombang, yang dibedakan menjadi dua tipe yaitu
tanggapan terhadap kondisi gelombang normal dan tanggapan terhadap kondisi
gelombang badai. Selain itu bahwa proses dinamis pantai ini sangat dipengaruhi
oleh pergerakan sedimen di daerah dekat pantai oleh gelombang dan arus.
Kondisi
gelombang normal terjadi dalam waktu yang lebih lama, dan energy gelombang
dengan mudah dapat dihancurkan oleh mekanisme pertahanan alami pantai. Pada
saat badai terjadi gelombang yang mempunyai energi besar, sering pertahanan
alami pantai tidak mampu menahan serangan gelombang sehingga pantai dapat
tererosi. Setelah gelombang besar reda, pantai akan kembali ke bentuk semula
oleh pengaruh gelombang normal. Tetapi ada kalanya pantai yang tererosi
tersebut tidak kembali ke bentuk semula karena material pembentuk pantai
terbawa arus ke tempat lain dan tidak kembali ke lokasi semula. Dengan demikian
pantai tersebut mengalami erosi. Material yang terbawa arus tersebut di atas
akan mengendap di daerah yang lebih tenang, seperti di muara sungai, teluk,
pelabuhan, dan sebagainya sehingga mengakibatkan sedimentasi atau akresi di
daerah tersebut.
Sutikno (1993) kembali menyatakan bahwa
secara garis besar proses geomorfologi yang bekerja pada mintakat pantai dapat
dibedakan menjadi proses destruksional dan konstruksional. Proses destruksional
adalah proses yang cenderung merubah/ merusak bentuk lahan yang ada sebelumnya,
sedangkan proses konstruksional adalah proses yang menghasilkan bentuk lahan
baru.
Perubahan
garis pantai yang berupa akresi maupun abrasi dipengaruhi dua faktor utama
yaitu faktor aktif yang berupa parameter hidrooseanografi serta faktor pasif
yang berupa geomorfologi pantai. Adapun faktor-faktor utama yang mempengaruhi
terjadinya perubahan garis pantai adalah :
1.
FAKTOR
HIDRO-OSEANOGRAFI
Perubahan garis pantai berlangsung manakala proses
geomorfologi yang terjadi pada setiap bagian pantai melebihi proses yang
biasanya terjadi. Proses geomorfologi yang dimaksud antara lain adalah :
1) Gelombang
: Gelombang terjadi melalui proses pergerakan massa air yang dibentuk secara
umum oleh hembusan angin secara tegak lurus terhadap garis pantai (Open University,
1993). Dahuri, et al. (2001) menyatakan bahwa gelombang yang pecah di daerah
pantai merupakan salah satu penyebab utama terjadinya proses erosi dan
sedimentasi di pantai.
Gambar 5. Gempuran gelombang menjadi
salah satu penyebab erosi pantai
2) Arus
: Hutabarat dan Evans (1985) menyatakan, arus merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam pengangkutan sedimen di daerah pantai. Arus yang berfungsi
sebagai media transpor sedimen dan sebagai agen pengerosi yaitu arus yang dipengaruhi
oleh hempasan gelombang. Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan
arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/
abrasi di pantai. Arus pantai ini ditentukan terutama oleh besarnya sudut yang
dibentuk antara gelombang yang datang dengan garis pantai (Pethick, 1997).
|
Gambar 6. Longshore current menjadi
faktor penyebab abrasi dan akresi pantai.
3) Pasang
surut : Menurut Nontji (2002) pasut adalah gerakan naik turunnya muka laut
secara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Arus pasut
ini berperan terhadap proses-proses di pantai seperti penyebaran sedimen dan
abrasi pantai. Pasang naik akan menyebarkan sedimen ke dekat pantai, sedangkan
bila surut akan menyebabkan majunya sedimentasi ke arah laut lepas. Arus pasut
umumnya tidak terlalu kuat sehingga tidak dapat mengangkut sedimen yang
berukuran besar.
2.
FAKTOR ANTROPOGENIK
Proses anthropogenik adalah proses
geomorfologi yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Aktivitas manusia di
pantai dapat mengganggu kestabilan lingkungan pantai. Gangguan terhadap
lingkungan pantai dapat dibedakan menjadi gangguan yang disengaja dan gangguan
yang tidak disengaja. Gangguan yang disengaja bersifat protektif terhadap garis
pantai dan lingkungan pantai, misalnya dengan membangun jetti, groin, pemecah
gelombang atau reklamasi pantai. Aktivitas manusia yang tidak disengaja
menimbulkan gangguan negatif terhadap garis pantai dan lingkungan pantai,
misalnya pembabatan hutan bakau untuk dikonversi sebagai tambak (Sutikno 1993).
Klasifikasi pantai sangat dibutuhkan untuk
menggolongkan pantai, sehingga diketahui ciri-ciri yang dapat digunakan untuk
membedakan pantai satu dengan pantai yang lain. Valentin (1952) di dalam
Sutikno (1993) menyatakan bahwa perkembangan garis pantai yang maju dan mundur
dapat digunakan sebagai parameter klasifikasi pantai. Dimana perubahan garis
pantai yang cenderung maju disebabkan oleh pengangkatan pantai atau prodegradasi
oleh deposisi, sedangkan pantai yang mundur disebabkan oleh pantai yang
tenggelam atau retrogradasi oleh erosi atau abrasi.
|
2.1.1 TIPE – TIPE PANTAI
Secara sederhana, pantai dapat
diklasifikasikan berdasarkan material penyusunnya, yaitu menjadi:
1. Pantai
Batu (rocky shore), yaitu pantai yang tersusun oleh batuan induk yang keras
seperti batuan beku atau sedimen yang keras.
2. Beach,
yaitu pantai yang tersusun oleh material lepas. Pantai tipe ini dapat dibedakan
menjadi:
Sandy
beach (pantai pasir), yaitu bila pantai tersusun oleh endapan pasir.
Gravely
beach (pantai gravel, pantai berbatu), yaitu bila pantai tersusun oleh gravel
atau batuan lepas. Seperti pantai kerakal.
Pantai
bervegetasi, yaitu pantai yang ditumbuhi oleh vegetasi pantai. Di daerah tropis, vegetasi pantai yang
dijumpai tumbuh di sepanjang garis pantai adalah mangrove, sehingga dapat
disebut Pantai Mangrove.
Bila
tipe-tipe pantai di atas kita lihat dari sudut pandang proses yang bekerja
membentuknya, maka pantai dapat dibedakan menjadi:
1. Pantai
hasil proses erosi, yaitu pantai yang terbentuk terutama melalui proses erosi
yang bekerja di pantai. Termasuk dalam kategori ini adalah pantai batu (rocky
shore).
2. Pantai
hasil proses sedimentasi, yaitu pantai yang terbentuk terutama kerena prose
sedimentasi yang bekerja di pantai. Termasuk kategori ini adalah beach. Baik
sandy beach maupun gravely beach.
3. Pantai
hasil aktifitas organisme, yaitu pantai yang terbentuk karena aktifitas
organisme tumbuhan yang tumbuh di pantai. Termasuk kategori ini adalah pantai
mangrove.
Kemudian,
bila dilihat dari sudut morfologinya, pantai dapat dibedakan menjadi:
1. Pantai
bertebing (cliffed coast), yaitu pantai yang memiliki tebing vertikal.
Keberadaan tebing ini menunjukkan bahwa pantai dalam kondisi erosional. Tebing
yang terbentuk dapat berupa tebing pada batuan induk, maupun endapan pasir.
2. Pantai
berlereng (non-cliffed coast), yaitu pantai dengan lereng pantai. Pantai
berlereng ini biasanya merupakan pantai pasir.
Sedimen pantai adalah material sedimen
yang diendapkan di pantai. Berdasarkan ukuran butirnya, sedimen pantai dapat
berkisar dari sedimen berukuran butir lempung sampai gravel. Kemudian,
berdasarkan pada tipe sedimennya, pantai dapat diklasifikasikan menjadi:
Pantai
gravel, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran gravel (diameter
butir > 2 mm).
Pantai
pasir, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran pasir (0,5 – 2 mm).
Pantai
lumpur, bila pantai tersusun oleh endapan lumpur (material berukuran lempung
sampai lanau, diameter < 0,5 mm).
Klasifikasi tipe-tipe pantai berdasarkan
pada sedimen penyusunnya itu juga mencerminkan tingkat energi (gelombang dan
atau arus) yang ada di lingkungan pantai tersebut. Pantai gravel mencerminkan
pantai dengan energi tinggi, sedang pantai lumpur mencerminkan lingkungan
berenergi rendah atau sangat rendah. Pantai pasir menggambarkan kondisi energi
menengah. Di Pulau Jawa, pantai berenergi tinggi umumnya diojumpai di kawasan
pantai selatan yang menghadap ke Samudera Hindia, sedang pantai bernergi rendah
umumnya di kawasan pantai utara yang menghadap ke Laut Jawa.
Daerah pantai yang masih mendapat pengaruh
air laut dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Beach
(daerah pantai)
Yaitu daerah yang
langsung mendapat pengaruh air laut dan selalu dapat dicapai oleh pasang naik
dan pasang turun.
2. Shore
line (garis pantai)
Jalur pemisah yang
relatif berbentuk baris dan merupakan batas antara daerah yang dicapai air laut
dan yang tidak bisa dicapai.
3. Coast
(pantai)
Daerah yang berdekatan
dengan laut dan masih mendapat pengaruh air laut.
2.1.2 KLASIFIKASI PANTAI
Antara pantai yang satu dengan garis
pantai yang lainnya mempunyai perbedaan. Perbedaan dari masing-masing jenis
pantai tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan gelombang dan arus laut.
Menurut
Johnson, pantai dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1. Pantai
yang Tenggelam (Shoreline of submergence)
Shoreline of submergence merupakan jenis pantai yang
terjadi apabila permukaan air mencapai atau menggenangi permukaan daratan yang
mengalami penenggelaman. Disebut pantai tenggelam karena permukaan air berada
jauh di bawah permukaan air yang sekarang. Untuk mengetahui apakah laut
mengalami penenggelaman atau tidak dapat dilihat dari keadaan pantainya. Naik
turunnya permukaan air laut selama periode glasial pada jaman pleistosin
menyebabkan maju mundurnya permukaan air laut yang sangat besar. Selain itu,
penenggelaman pantai juga bisa terjadi akibat penenggelaman daratan. Hal ini
terjadi karena permukaan bumi pada daerah tertentu dapat mengalami pengangkatan
atau penurunan yang juga dapat mempengaruhi keadaan permukaan air laut.
Pengaruh ini sangat terlihat di daerah pantai dan pesisir.
Pada bentang lahan yang disebabkan oleh
proses geomorfologi, pantai yang tenggelam dapat dibagi menjadi beberapa jenis.
Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai yang berbeda sebagai akibat dari
pengaruh gelombang dan arus laut. Jenis-jenis pantai tersebut antara lain:
a. Lembah
sungai yang tenggelam
Pada umumnya lembah sungai yang
tenggelam ini disebut estuarium, sedangkan pantainya disebut pantai ria. Lembah
sungai ini dapat mengalami penenggelaman yang disebabkan oleh pola aliran
sungai serta komposisi dan struktur batuannya.
b. Fjords
atau lembah glasial yang tenggelam
Fjords merupakan pantai curam yang
berbentuk segitiga atau berbentuk corong. Fjords atau lembah glasial yang
tenggelam ini terjadi akibat pengikisan es. Ciri khas dari bagian pantai yang
tenggelam ini yaitu panjang, sempit, tebingnya terjal dan bertingkat-tingkat,
lautnya dalam, dan kadang-kadang memiliki sisi yang landai. Pantai fjords ini
terbentuk apabila daratan mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Bentang
lahan ini banyak terdapat di pantai laut di daerah lintang tinggi, dimana
daerahnya mengalami pembekuan di musim dingin. Misalnya di Chili, Norwegia,
Tanah Hijau, Alaska, dan sebagainya.
c. Bentuk
pengendapan sungai
Bentuk pengendapan sungai dibedakan
menjadi beberapa macam, yaitu: (1) Delta, yaitu endapan sungai di pantai yang
berbentuk segitiga dan cembung ke arah laut; (2) Dataran banjir, yaitu sungai
yang terdapat di kanan dan kiri sungai yang terjadi setelah sungai mengalami
banjir; (3) Kipas alluvial, yaitu bentuk pengendapan sungai seperti segitiga,
biasanya terdapat di daerah pedalaman, dan ukurannya lebih kecil bila dibandingkan
dengan delta, serta sungainya tidak bercabang-cabang.
Bentuk
pengendapan glacial
Bentuk pengendapan ini
disebabkan oleh proses pencairan es.
Bentuk
permukaan hasil diastrofisme
Bentuk kenampakan ini
dapat diilustrasikan sebagai fault scraps (bidang patahan), fault line scraps
(bidang patahan yang sudah tidak asli), graben (terban), dan hocgbacks. Setelah
mengalami penenggelaman, fault scraps, fault line scraps, dan dinding graben
akan langsung menjadi pantai.
Bentuk
permukaan hasil kegiatan gunung api
Jenis pantai yang
disebabkan oleh kegiatan gunung api ini dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu: (1) Merupakan hasil kegiatan kerucut vulkanis (mound), yang menyebabkan
terbentuknya pantai yang cembung ke luar; (2) Merupakan hasil kegiatan aliran
lava (lava flow), yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cekung ke luar
2. Pantai
yang Terangkat (Shoreline of emergence)
Pantai ini terjadi akibat adanya pengangkatan daratan
atau adanya penurunan permukaan air laut. Pengangkatan pantai ini dapat diketahui
dari gejala-gejala yang terdapat di lapangan dengan sifat yang khas, yaitu:
Terdapatnya
bagian atau lubang dataran gelombang yang terangkat
Di daerah ini banyak
dijumpai teras-teras pantai (stacks), lengkungan tapak (arches), pantai terjal
(cliffs), serta gua-gua pantai (caves).
Terdapatnya
teras-teras gelombang
Teras gelombang ini
terbentuk pada saat permukaan air mencapai tempat-tempat di mana teras tersebut
berada. Teras-teras ini merupakan batas permukaan air.
Terdapatnya
gisik (beaches)
Gisik yaitu tepian laut
yang terdapat di atas permukaan air laut yang terjadi karena adanya
pengangkatan dasar laut.
Terdapatnya
laut terbuka
Laut terbuka ini terjadi
karena adanya dasar laut yang terangkat.
Garis
pantai yang lurus (straight shoreline)
Erosi gelombang dan
pengendapannya pada laut dangkal cenderung menurunkan bentang lahan dan
menyebabkan dasar laut dasar laut yang dangkal menjadi datar. Apabila dasar
laut yang dangkal tersebut sekarang mengalami pengangkatan, maka garis pantai
yang terbentuk akan kelihatan lurus.
3. Pantai
yang Netral (Neutral shoreline)
Jenis pantai ini terjadi di luar proses penenggelaman
dan pengangkatan, misalnya pantai yang terjadi pada delta, plain hanyutan,
terumbu karang, gunung api, gumuk-gumuk pasir, dan jenis pantai yang merupakan
hasil dari sesar (patahan).
4. Pantai
Majemuk (Compound shorelines)
Jenis pantai ini terjadi sebagai gabungan dua atau
lebih proses di atas. Berarti dalam suatu daerah bisa terjadi proses
penenggelaman, pengangkatan, pengendapan, dan sebagainya.
nn
BalasHapus