Renungan Hidup
MELAKUKAN HAL YANG BAIK
Kalau kita mencoba untuk merenung sejenak dan melupakan semua kesibukan
sehari-hari maka kita akan menyadari bahwa manusia jaman sekarang ini
paling lama umurnya 80 tahun. Itupun sudah termasuk panjang umur.
Tetapi kita sekarang Lupa akan hal ini sehingga kita mati-matian
mengejar uang, harta, jabatan, dan mengabaikan hati nurani kita. Kita
menginjak dan menghina orang yang tidak seberuntung kita dan kita menjilat serta mencari muka terhadap orang kaya dan berpangkat.
Kita menilai orang dari mobil, rumah,harta,atau jabatannya dan bukan
pada pribadi seseorang. Ini yang membuat kita menjadi orang yang egois,
serakah,sombong, materrialis dan membutakan hati nurani kita sendiri.
Masing2 orang bersaing untuk saling melebihi dan saling pamer
kekayaan,rumah dan lain2. Padahal itu semua hanya membuat orang yang
tdak seberuntung kita menjadi panas hati dan iri hati.
Untuk
itu kita harus sadar dan ingat bahwa hidup ini tidak semata-mata untuk
mengejar kekayaan, uang, jabatan, tapi yang utama hidup ini harus kita
isi dengan perbuatan2 yang berguna dan bermnfaat baik bagi diri sendiri
dan orang lain.
Karena apa guna kita hidup, jika hanya untuk uang semata..
Uang, harta tidak akan di bawah sampai mati.
Jadi selama anda masih di beri kesempatan oleh Tuhan, lakukan yg terbaik..
karena itulah cara untuk masuk ke kerajaan Tuhan.
"HIDUP ITU BAGAIKAN SECANGKIR KOPI"
Siapa yang tidak ingin sukses dalam hidupnya. Semua orang
menginginkannya, walaupun sukses dalam hidup seseorang tidak selalu
sama. Tapi, siapa yang tidak setuju bahwa sukses adalah ketika Anda
mendapatkan apa yang Anda mau dan impikan? Tapi bagaimana
mendapatkannya?
Semakin dewasa, manusia semakin banyak mengeluh.
Pekerjaan, urusan rumah, hubungan cinta dengan kekasih atau mungkin
suami atau istri, keuangan dan masalah orang dewasa lainnya tentu sudah
tentu menjadi hal yang banyak dikeluhkan. Masih kurang, belum juga puas,
begitulah sifat manusia. Sudah dapat satu hal, masih ingin hal lainnya.
Sebenarnya ini bagus untuk perkembangan diri asal digunakan dengan
tepat dan tidak sembarangan. Ada sebuah kisah, sederhana namun mungkin
akan mengubah pikiran Anda yang sedang mengeluh.
Adalah sebuah
reuni, di mana beberapa pria ini berkumpul dan saling bercerita
kehidupan masing-masing. Namanya manusia, awal cerita kemudian berakhir
dengan keluhan. Ada yang mengeluh karena gaji yang tidak cukup, ada
yang mengeluh karena istri marah-marah, ada juga yang mengeluh karena
pekerjaan yang membuat lelah tiada henti, ah manusia.
Hingga
akhirnya, seorang pria masuk ke dalam dan kembali dengan beberapa
cangkir, ada yang bagus, ada yang sederhana dan satu poci penuh kopi.
Karena haus, mereka segera menuang kopi di cangkir pilihan
masing-masing. Kemudian, si pembawa kopi berkata, " ini adalah cerminan
kalian, cangkir yang kalian bawa." Semua yang sedang asyik meminum kopi
merasa heran dan tidak mengerti.
" Tidakkah kalian sadar bahwa
yang tersisa hanya gelas plastik biasa yang sederhana, sedangkan semua
cangkir dan gelas mahal dan cantik sudah kalian ambil semua?" ujar si
pembawa kopi.
"Kalian akan saling melihat cangkir satu sama lain
dan mulai membandingkan apakah cangkir Anda sudah yang terbaik atau
tidak. Sekarang, pikirkan hal ini : hidup kalian adalah kopi ini,
sedangkan pekerjaan, uang dan posisi di lingkungan adalah cangkirnya.
Sadarkah kalian bahwa cangkir ini hanya sebuah alat yang mewadahi hidup.
" lanjut si pembawa kopi.
"Apa saja jenis cangkir yang kalian
miliki, tidak menentukan apakah kualitas hidup berubah atau tidak.
Kadang, kita terlalu fokus memilih cangkir mana yang paling baik,
sehingga gagal menikmati kopinya. "
Ada sebuah kutipan yang cocok
untuk kisah sederhana ini, bahwa orang yang paling bahagia itu tidak
memiliki segala yang terbaik di hidupnya, tapi menjadikan segala yang
dimilikinya menjadi terbaik. Sebenarnya, apa yang ada di dunia tidak
akan ada habisnya jika dikejar. Yang tidak benar adalah ketika kita
malah fokus pada mengejar apa yang kita belum miliki tapi mengabaikan
yang sudah diberikan, hidup kita.
Komentar
Posting Komentar